Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement

Advertisement
Liputan Jurnalis
Sabtu, 02 Agustus 2025, Agustus 02, 2025 WIB
Last Updated 2025-08-14T16:26:40Z
MisteriUtama

Terowongan Paledang: Tragedi Berdarah dan Jeritan Roh-Roh Terjebak di Dalam Rel

Advertisement

Kota Bogor di balik hiruk-pikuk kota hujan, berdiri sebuah terowongan tua yang menyimpan cerita kelam. Terowongan Paledang—terlihat biasa di siang hari—namun berubah mencekam ketika malam menjelang. Bukan sekadar cerita rakyat, tempat ini pernah menelan nyawa puluhan pelajar dengan cara paling mengenaskan.


12 Januari 2000 – Hari Berdarah Itu Tiba


Saat itu, gerbong kereta jurusan Bogor–Sukabumi penuh sesak. Pelajar-pelajar SMA dari berbagai penjuru memaksakan diri ikut naik meski harus bergantung di pintu… atau lebih nekat lagi, duduk di atap gerbong. Peringatan dari petugas tak dihiraukan. Mereka tertawa, bersorak, tak tahu bahwa maut tengah menanti hanya beberapa meter di depan.


Kereta perlahan memasuki Terowongan Paledang—lorong gelap dengan langit-langit rendah, sisa peninggalan Belanda. Saat itulah suara dentuman terdengar bersahutan. Suara daging menghantam baja. Jeritan histeris, tubuh terguling jatuh dari atas kereta. Kepala yang terlepas, tangan yang patah, nyawa-nyawa muda itu… terputus begitu saja di ujung lorong hitam.


Tak kurang dari 20 pelajar tewas seketika, sebagian lainnya mengalami luka serius. Petugas menemukan potongan tubuh di rel, bercampur darah dan sobekan baju seragam. Suatu pemandangan yang bahkan membuat petugas medis menahan mual.


Arwah yang Tak Tenang...


Sejak tragedi itu, warga sekitar mulai melaporkan kejadian-kejadian aneh. Penampakan sosok anak muda berseragam berdiri diam di atas rel. Ada yang tanpa kepala, ada pula yang berjalan pincang sambil memegangi perut robeknya. Tak jarang, suara jeritan minta tolong terdengar dari dalam terowongan ketika malam larut.


Beberapa pengendara motor yang melintas melapor motor mereka mendadak mati tepat di mulut terowongan. Ada yang mengaku melihat bayangan pelajar melambai dari kejauhan, lalu lenyap seketika. Bahkan konon, hingga sekarang, ada kereta hantu yang melintas pada jam-jam ganjil—sunyi, tanpa masinis, hanya isinya ratapan dan tawa cekikikan.


Dibangun dengan Darah, Diakhiri dengan Darah


Terowongan ini dibangun pada masa penjajahan Belanda menggunakan kerja paksa (rodi). Banyak pekerja pribumi yang tewas karena kelaparan, kelelahan, dan kecelakaan konstruksi. Tak heran bila tempat ini sejak awal sudah "berdarah". Tragedi tahun 2000 hanyalah salah satu jejak nestapa panjang dari terowongan itu.


Kini, meskipun rel telah direnovasi dan jalur ganda dibuka, aura mistisnya tak hilang. Orang tua setempat bahkan melarang anaknya lewat malam-malam di sekitar terowongan. Mereka percaya, roh-roh yang mati tak wajar di sana… masih belum menemukan jalan pulang.


Terowongan Paledang bukan sekadar lintasan rel. Ia adalah saksi bisu tragedi, kuburan terbuka, dan mungkin… pintu ke dunia lain.


Kau berani melintas di malam hari ?